Sabtu, 12 Februari 2011

PUPUK ORGANIK CAIR “TUNJANG RIA” MENGGUNAKAN SISTEM LIQUID FERTILIZER


Perbandingan metode penggunaan Pupuk Cair (Liquid Fertilizer) dengan Pupuk Tabur (Conventional Fertilizer) :

PENJELASAN
1.       Pupuk Kandang (Kompos)
Pada zaman nenek moyang kita dahulu, mereka menggunakan pupuk kandang atau kompos untuk memupuk tanaman mereka. Dalam hal ini mereka menggunakan pupuk kandang, seperti  kotoran-kotoran ternak, hasil pembakaran sampah, dan lain sebagainya. Tujuan dari penggunaan pupuk kandang atau pupuk kompos ini adalah untuk menyuburkan tanah. 

2.       Pupuk Tabur / Pupuk Kimia (Conventional Fertilizer)
Kita tentu tidak asing dengan penggunaan pupuk tabur ini. Karena, para petani kita telah lama menggunakan pupuk tabur (conventional fertilizer). Jenis dari pupuk tabur ini sangatlah banyak dan beragam, antara lain ; UREA, KCL, NPK, ZA, dan lain sebagainya. Pupuk tabur / pupuk kimia (conventional fertilizer)mempunyai kandungan 100% pupuk kimia. Efek sampingnya, apabila pupuk tabur / pupuk kimia (conventional fertilizer)selalu digunakan, maka nutrient tanah atau unsur hara yang ada pada tanah akan hilang. Dengan demikian tanaman yang akan ditanam berikutnya pada tanah tersebut akan berkurang hasilnya dan berdampak kepada berkurangnya pendapatan petani itu sendiri.
Untuk pembuktiannya, coba saja digali tanah yang selalu menggunakan pupuk tabur / pupuk kimia (conventional fertilizer), maka kita akan menemukan tidak ada cacing yang dapat bertahan hidup didalam tanah tersebut karena unsur hara atau nutrient tanah tersebut telah habis / hilang. Hal ini disebabkan  karena tanah telah terkontaminasi oleh zat kimia yang ada pada pupuk tabur / pupuk kimia (conventional fertilizer) tersebut.
Bentuk tanah yang telah terkontaminasi oleh zat kimia akan terlihat tandus dan gembur. Sehingga pada saat tanah tersebut akan dikelola kembali untuk pertanian, tanaman yang ditanam akan mengalami berbagai permasalahan khususnya dalam hal pertumbuhan dan hasilnya.

3.       Pupuk Cair (Liquid Fertilizer)
Sistem pemupukan dengan menggunakan Pupuk Cair (Liquid Fertilizer) merupakan sistem atau paradigma baru dalam pemupukan. Penggunaan pupuk cair yang dilakukan dengan cara disemprotkan / disiramkan pada tanaman akan jauh lebih efisien dan hemat serta tepat guna.
Pemupukan dengan Pupuk Cair (Liquid Fertilizer) menggunakan sistem penetrasi (penetration) yaitu suatu sistem penyerapan langsung oleh tanaman, baik diserap melalui daun, batang maupun akar.
Artinya, apabila Pupuk Cair (Liquid Fertilizer) disemprotkan ke daun, maka pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman melalui stomata / liang seni yang ada pada daun tersebut. Apabila Pupuk Cair (Liquid Fertilizer) disemprotkan pada batang, maka pupuk tersebut akan diserap oleh tanaman melalui pori-pori / tisu-tisu yang ada pada batang tersebut.
Begitu pula halnya apabila kita semprotkan pupuk tersebut pada akar, maka akar akan dapat langsung dapat menyerap pupuk.
Ketiga jenis sistem pemupukan yang digunakan oleh Pupuk Cair (Liquid Fertilizer) ini disebut dengan Reverse System (turun naik). Artinya, tanaman tidak hanya bisa mendapatkan makanan melalui akar, tetapi juga bisa mendapatkan makanan melaui daun atau batang.
Sistem seperti ini juga disebut dengan shortcut system (sistem pemutusan), maksudnya lebih mempersingkat proses tanaman dalam mendapatkan makanan (pupuk).
Selama ini kita hanya menggunakan pupuk tabur / pupuk kimia karena kita tahu bahwa sistem pemupukan hanya dapat dilakukan melalui tanah yang akan diserap oleh akar. Agar pupuk tersebut diserap oleh akar, butuh waktu dan proses yang cukup lama. Belum lagi banyaknya pupuk yang menguap (karena panas matahari), hanyut (apabila hujan), mengeras dan tidak masuk ke tanah. Hal ini merupakan suatu pembaziran (hal yang sia-sia)
Jadi kelebihan dari sistem pemupukan dengan menggunakan pupuk cair (liquid fertilizer) adalah pupuk dapat langsung diserap oleh tanaman lebih cepat, tepat dan efisien serta dapat mengurangi biaya. Dengan demikian, maka pohon tersebut akan tercukupi pemakanannya sehingga pohon akan berkembang sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan dan akan mempercepat proses dalam pembesaran buah, daun dan batang.
Hal ini telah lulus uji / penelitian yang telah dilakukan selama 6 tahun oleh Bapak Prof. DR. Zulkifli dari UPM (Universitas Pertanian Malaysia) yang sekarang bernama Universitas Putra Malaysia.

4.       Unsur-Unsur Pupuk Dalam Ilmu Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan pupuk mempunyai nama-nama seperti : Urea, NPK, MOP (Muriate Of Potash), SOA (Sulfite Of Amonia), KCL, TSP (Triple Super Phosfate), Kieserite, CRP (China Rock Phosfate), CIRP (Chrismast Island Rock Phosfate), JRP (Jordan Rock Phosfate), GML (Ground Magnesium Limestone), NITROPHONSKA (Nitrogen Phosforus Kalium) dan lain sebagainya.
Di dalam ilmu pengetahuan / science, hanya dikenal unsur-unsur hara / nutrient / kandungan yang diperlukan oleh tanah. Seperti ; Nitrogent (N), Phosforus (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Sulfure (S), Ferum (Fe), Boron (Bo), Mangan (Mn), Zink (Zn), Molibdenum (Mo), Kuprum (Cu), dll.
Adapun fungsi dari unsur-unsur tersebut adalah :
-          Urea (Nitrogen) dicampur dengan Kieserite digunakan untuk menyuburkan daun.
-          NPK, Magnesium, Kalsium, Sulfure, Ferum, Boron digunakan untuk merawat pohon apabila pohon sedang mengalami masalah, seperti serangan serangga dan ulat.
-          Mangan, Zink, Molibdenum, Kuprum digunakan untuk menyuburkan daun, batang dan buah.

5.       Negara-negara yang telah membuat Pupuk Cair (Liquid Fertilizer)
Di Negara-negara maju seperti Belanda, Jepang, Finlandia, China, Taiwan, Thailand, Malaysia dan Jerman telah mengeluarkan pupuk cair. Hal ini disebabkan karena pupuk yang sekarang ini digunakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yaitu pupuk tabur atau pupuk kimia yang telah diteliti oleh negara-negara maju tersebut mempunyai dampak yang kurang baik untuk tanaman dan struktur tanah. Oleh sebab itu, negara-negara maju tersebut telah mengeluarkan pupuk cair, seperti halnya Jerman yang merupakan negara produsen pupuk tabur / pupuk kimia terbesar di dunia pun sekarang telah memproduksi pupuk cair.
Dengan adanya sistem pemupukan yang menggunakan teknologi terbaru ini, diharapkan pertanian yang ada di Indonesia dapat menggunakan pupuk cair ini guna mengurangi pencemaran terhadap tanah dari zat-zat kimia yang ada pada pupuk tabur / pupuk kimia.
Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria” khususnya telah diuji dan diteliti oleh FELDALAB di Malaysia, yang mana telah mendapatkan pengakuan / pengitirafan dunia yaitu : MMS ISO 17025 Standard bahwa Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria” merupakan pupuk yang ramah lingkungan.

6.       Harga (Cost ) Pupuk yang digunakan
Apabila menggunakan pupuk tabur, hari ini ditabur, yang sebenarnya petani baru saja menabur bukan memupuk. Karena pupuk bereaksi / bekerja dengan air. Apabila hari pertama penaburan pupuk tidak hujan, hari kedua juga tidak hujan, dan pada hari ketiga baru hujan deras, barulah pupuk yang sudah ditaburkan tadi meresap ke tanah. Namun apakah pupuk tadi benar-benar meresap 100% ke tanah??? Kita tidak tahu..
Kenapa pupuk tersebut tidak 100% terserap oleh tanah karena pupuk tabur / pupuk kimia tersebut akan hilang terbawa oleh air atau menguap karena panas matahari dan angin.
Oleh sebab itu, pupuk tabur / pupuk kimia yang diharapkan sebagai nutrisi makanan 100% bagi pohon tersebut oleh tanah yang akan dibawa oleh akar, namun hanya sedikit yang terserap tanah. Misalnya: kebutuhan satu batang pohon terhadap pupuk sebesar 2 Kg, namun hanya 1 Kg saja pupuk yang terserap oleh pohon. Sementara 1 Kg yang lainnya hilang (bisa saja hanyut oleh air atau menguap oleh panas matahari dan angin).
Kita coba hitung, harga pupuk 1 Kg = Rp. 1.500,-. Untuk kebutuhan pupuk satu batang pohon sebesar 2 Kg x Rp. 1.500 = Rp. 3000,- /pohon. Dalam hal ini biaya / cost yang digunakan oleh satu pohon sebanyak 1 Kg saja. Sehingga pohon tersebut tidak mendapatkan pupuk sesuai dengan kebutuhannya untuk mendapatkan hasil panennya.
Bagaimana jika pohon tersebut berjumlah 10 batang? Berarti petani sudah rugi sebesar Rp. 15.000,-, kalau 100 batang?? Petani rugi Rp. 150.000,-, kalau 1000 batang, maka petani akan rugi Rp. 1.500.000,-. Begitulah seterusnya.
Apakah hal ini yang akan digunakan untuk meminimalkan pengeluaran biaya / cost pemupukan petani?
Jawabnya… Sangat merugikan petani. Untuk itu diharapkan petani dapat menggunakan Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria” sebagai alternatif lain untuk dapat meningkatkan hasil dengan sistem pemupukan yang efisien, hemat dan tepat guna.
Di bawah ini akan dijelaskan secara ekonomis penggunaan Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria” dengan pupuk tabur / pupuk kimia yang biasa digunakan oleh para petani yang ada di Indonesia.
Perhitungannya :
ã      Pupuk Tabur / Pupuk Kimia
Penggunaan pupuk tabur / pupuk kimia seperti UREA dengan harga Rp. 1500,-/Kg (Harga Subsidi)
Untuk kebutuhan pemupukan menggunakan pupuk Urea untuk 1 Hektar tanaman, yaitu sekitar 6 sak (isi 50Kg).
Penghitungannya :
   6 Sak (isi @ 50 Kg / Sak) = 6 x 50 Kg = 300 Kg / 1 kali pemupukan
   Harga 1 Kg Urea = Rp. 1.500,-
   300 Kg x Rp. 1.500,- = Rp. 450.000,- / 1 kali pemupukan
Dalam hal ini, hanya UREA saja yang kami terangkan, sementara masih banyak lagi pupuk-pupuk tabur / pupuk-pupuk kimia lain yang harus digunakan petani untuk meningkatkan hasil panennya. Jadi, untuk mendapatkan hasil yang baik, petani tidak hanya dianjurkan menggunakan pupuk Urea saja, tetapi pupuk-pupuk lain yang kandungannya diperlukan oleh tanaman untuk memproduksi hasil yang baik.
Dengan demikian, berapa lagi biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk memupuk tanamannya agar mendapat hasil sesuai dengan harapan petani.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan, bahwasanya untuk biaya / cost pemupukan yang dilakukan oleh petani di wilayah Riau untuk 1 tahun rata-rata sebesar Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-/Tahun. (Hal ini disesuaikan dengan kemampuan para petani didaerahnya masing-masing).

ã      Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria”
Penggunaan Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria” untuk kemasan berisi 4 liter/ gallon dengan harga per galonnya sebesar Rp. 375.000,-.
Penggunaan pupuk organik cair “Tunjang Ria” secara terus menerus akan meningkatkan kesuburan yang sangat nyata pada tanaman, menambah kuantitas dan kualitas hasil, serta mengurangi pencemaran dan ramah lingkungan.
Biaya / cost yang diperlukan untuk pemupukan dengan menggunakan Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria” selama 1 tahun dengan mengikuti anjuran yang sudah ditentukan oleh kami. Yakni pemupukan dilakukan sebanyak 6 kali dalam 1 tahun.
Penghitungannya :
1 Galon / 4 liter = Rp. 375.000,-
500 ml + 15 L air = 13 btg 8 kali semprot x 13  = 104 Btg  Rp.   3.605,-   
250 ml + 15 L air = 13 btg 16 kali semprot x 13 = 208 Btg Rp.   1.802,-
250 ml + 15 L air = 13 btg 16 kali semprot x 13 = 208 Btg Rp.   1.802,-
250 ml + 15 L air = 13 btg 16 kali semprot x 13 = 208 Btg Rp.   1.802,-
250 ml + 15 L air = 13 btg 16 kali semprot x 13 = 208 Btg Rp.   1.802,-
250 ml + 15 L air = 13 btg 16 kali semprot x 13 = 208 Btg Rp.   1.802,-
Biaya untuk 1 Batang Pohon selama 1 tahun                                    Rp. 12.615,-

Apabila 1 Hektar terdapat 130 pohon, maka biaya pemupukan untuk 1 tahun menggunakan pupuk organik cair “Tunjang Ria” adalah :
130 Batang x Rp. 12.615,-                                          Rp. 1.639.950,-
Dengan demikian, petani dapat menghemat dalam pembelian pupuk sebesar Rp. 1.200.000,- s/d Rp. 3.000.000,- / tahun. Hal ini dapat mengurangi biaya / cost pupuk yang selama ini dirasakan sangat membebani para petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

7.       Hasil yang didapat baik menggunakan Pupuk Tabur atau Pupuk Cair
Untuk hasil yang diperoleh apabila petani menggunakan pupuk tabur / pupuk kimia dibandingkan dengan menggunakan pupuk organik cair akan terlihat perbedaan yang cukup jauh / signifikan.
Dari sistem pemakaiannya saja sudah terlihat bahwa pada pemakaian pupuk tabur / pupuk kimia, banyak sekali pembaziran didalam pembiayaan / cost, waktu penggunaan, tenaga kerja yang banyak sehingga tidak efektif lagi dalam menekan biaya / cost.
Untuk itu, dengan adanya pupuk organik cair “Tunjang Ria” ini dapat menghemat biaya / cost, waktu penggunaan, tenaga kerja yang minimal sehingga kuantitas dan kualitas yang diharapkan akan dapat ditingkatkan secara optimal oleh petani itu sendiri. Dengan demikian, taraf hidup petani dengan sendirinya dapat meningkat apabila menggunakan pupuk organik cair “Tunjang Ria” ini.


8.       Cara-cara penggunaan Pupuk Organik Cair “Tunjang Ria”
Cara penggunaannya :
Kocok Galon terlebih dahulu sebelum digunakan. Selanjutnya pupuk dicampur dengan air sesuai dengan kadar / takaran yang sudah ditentukan. Campuran pupuk yang telah cair dapat juga dicampurkan dengan obat hama / insectisida / pestisida (serangga dan ulat / jamur / fungisida) dengan perbandingan 3 : 1 yaitu, ¾ takaran untuk racun serangga / ulat, ¼ takaran untuk pupuk cair “Tunjang Ria”. Sehingga menghemat waktu dan tenaga karena disamping anda menyiram sekaligus memupuk tanaman tersebut.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dianjurkan pupuk cair ini tidak dicampur dengan racun serangga. Sehingga kita murni memupuk, tanpa adanya campuran racun-racun.

Takaran yang telah ditentukan yaitu :
ã      Untuk Pohon Jangka Panjang
·         500 ml (1 gelas takaran) dicampur 15 liter air untuk 13 pohon (untuk tanaman tua)
·         250 ml (½  gelas takaran) dicampur 15 liter air untuk 13 pohon (untuk tanaman muda)
ã      Untuk Pohon Jangka Pendek
·         250 ml (½ gelas takaran) dicampur 15 liter air, disemprotkan basah keseluruh bagian tanaman








                                                                                        

KEKURANGAN UNSUR HARA PADA TANAMAN

1.        NITROGEN (N)
Gejala Kekurangan Nitrogen :
-       Seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan. 
-       Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil.
-       Daun tua berwarna kekuningan . Pada tanaman padi dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun 
-       Pertumbuhan buah tidak sempurna seringkali masak sebelum waktunya.
-       Jika dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari bagian bawah tanaman terus ke bagian atas tanaman.
Akibat Kelebihan Nitrogen :
-       Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi.

2.        PHOSPOR (P)
Gejala Kekurangan Phospor :
-       Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun.
-       Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
-       Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang.

3.        KALIUM (K)
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.
Gejala Kekurangan Kalium :
-       Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati.
-       Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil.
-       Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan.
-       Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur.
-       Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah.

4.        KALSIUM (Ca)
Gejala Kekurangan Kalsium :
-       Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati.
-       Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati.
-       Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk.
-       Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita.

5.        MAGNESIUM (Mg)
Gejala Kekurangan Magnesium :
-       Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan.
-       Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut.
-       Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.
-       Kekurangan Mg menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering.

6.        TEMBAGA (Cu)
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam.
Gejala Kekurangan Tembaga :
-       Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula.
-       Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati.
-       Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat.
-       Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).

7.        BORON (B)
Gejala Kekurangan Boron :
-       ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata.

8.        BELERANG (S)
Gejala Kekurangan Belerang :
-       Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya.
-       Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”.
-       Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil.
-       Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah.
-       Jumlah anakan terbatas.

9.        BESI (Fe)
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
Gejala Kekurangan Besi :
-       Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati.
-       Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih.
-       Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan.
-       Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

10.     MANGAN (Mn)
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman.
Gejala Kekurangan Mangan :
-       Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih.
-       Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang.
-       Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi.
-       Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai.
-       Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah.
-       Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).

11.     SENG / ZINCUM (Zn)
Gejala Kekurangan Seng :
-       Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
o    Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya.
o    Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun.
o    Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak.
-       Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka.
-       Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau.
-       Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.

12.     MOLIBDEN (Mo)
Gejala Kekurangan Molibden :
-       Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo.
-       Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mongering.

13.     BORIUM (Bo)
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
Gejala Kekurangan Borium :
-       Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati.
-       Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat.
-       Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali.
-       Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi.
-       Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam.
-       Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.

14.     KLORIDA (Cl)
Gejala Kekurangan Klorida :
-       Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga.
-       Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.